Jawabnya ada dimana?...


Kemarin, angin malam sempat menjadi pelampiasan melepas penat. Menarik nafas dalam selagi memacu gas disebelah kanan. Es kopi dipinggir jalan menjadi teman rehat sebentar. 

Fikiran yang berkecamuk mulai bermain-main bersamaan dengan hening yang menyerang.

Pernah merasa kosong sedang fikiran sedang ramai?

Pernah menatap nanar kearah keramaian tapi yang dirasa adalah sepi?

Perasaan sedih yang sudah tidak bisa dikeluarkan membengkak didalam batin membekukan air mata yang sudah bosan mengalir.

Itu benar. Ketika air mata sudah tidak bisa menjadi penunjuk sedih, marah menjadi peralihannya.

Tapi mau kemana? Mau kemana pelampiasan marahnya? Mau pada siapa marah ini disampaikan?

Amarah yang terkubur didalam juga hanya makin memperkeruh suasana jiwa yang sudah menyerah walau hanya untuk menyesap kopi ditangan yang sudah tawar.

Lalu bagaimana lagi? Harus seperti apa lagi?

Ingin bebas. Ingin tidak terikat dengan batin dan segalanya. ingin tidak merasakan apapun. Ingin menghilang tanpa perlu memikirkan mereka yang ditinggalkan.

'bodoh. memang apa peduli mereka tentang hilangmu'. Bisikan yang terakhir kali kudengar sebelum akhirnya klakson menyadarkan lamunanku yang hampir mencelakai.

Entah sudah berapa kali nafas dihembuskan dengan berat. Perasaan ingin menghilang itu makin kuat ketika kenyataan bahwa tidak ada yang menerima itu benar adanya.

Ingin berlari dengan kencang lalu berteriak dipertengahan jalan. Ingin memacu gas tinggi lalu terhenti dengan suara benda keras yang memekakkan telinga.

Kurasa langit malam hari itu benar-benar cukup tenang. Dalam tenangnya yang sejuk dia seolah memanggil. Harus kujawab apa? Dan seperti apa panggilannya?

Komentar