Siapa yang menduga seorang anak perempuan kedua dirumah, menjadi sosok yang paling buruk mungkin menjadi sosok yang paling memalukan dirumah.
Dia tidak ramah. Dibenci para tetangga bahkan keluarga. Dia kasar. Tidak
sopan. Pembangkang.
Juga dia...sendirian.
Keadaan memaksanya untuk mandiri. Tempat bergantungnya pergi lebih cepat,
kala itu dia masih berumur 9 tahun.
Dia sibuk bertahan hidup, sampai lupa apa itu bermain.
Segala hiruk pikuk kesendirian serta kesulitan itu disimpannya sendiri
hingga sampai dititik dimana itu semua mengubahnya.
Sosok kasar yang hadirnya tidak diketahui itu melekat pada dirinya. Menangis
tiap malam menjadi pelariannya setelah seharian sibuk membuat orang tertawa.
Masalah silih berganti. Banyak bisikan berisik dikepalanya.
Dia tidak meminta tolong. Dia mengontrol emosinya sendirian. Rumah? Hahaha
jangan konyol.
Tidak ada yang menerimanya.
Beruntung malam masih mau menjadi temannya. Musik menjadi sedikit
menenangkan fikirannya, dan hal-hal yang sebelumnya tak disentuh mulai menjadi
candunya.
Komentar
Posting Komentar